Kisah Mencari Jodoh di Usia 40

Posting Komentar
Mencari jodoh di usia 40
Tak ada orang yang berkeinginan untuk tetap sendiri di sisa hidupnya. Demikian pula dengan saya yang dengan segala keterbatasan terus berikhtiar mencari jodoh di usia 40 tahun.

Kriteria

Selayaknya semua orang, impian tentang sosok idaman sudah tercipta dalam benak saya selepas lulus kuliah dulu. Lelaki seperti apa ya yang saya harapkan untuk kelak menjadi imam dalam hidup saya? Kriteria apa yang saya inginkan?

Bila mengingat masa lalu, seperti yang disampaikan seorang ustadz, saya baru menyadari bila sebetulnya sinyal jodoh itu telah datang berkali-kali hanya saja saya masih pemilih dan banyak menentukan kriteria ideal.

Kala seorang laki-laki berkeinginan untuk berkenalan lebih lanjut, ada rasa tertentu yang mengganjal di hati saya saat lelaki itu menyebutkan apa pekerjaannya.

Yap, meski saya selalu mengatakan kriteria utama saya adalah lelaki sholeh dan baik akhlaknya, langkah ini selalu saja terhenti saat kriteria kedua yaitu pekerjaan tak berkenan di hati saya.

Jujur saja, dalam hati sering terbersit, rasanya saya berhak mendapatkan yang lebih baik dengan status pekerjaan saya. Tak pernah menolak secara terang-terangan, diam adalah jawaban saya.

Pun saya selalu berharap mendapatkan pasangan hidup yang jauh lebih dewasa dari saya, dalam artian usia yang lebih tua dari saya. Hmmm, rasanya saya sering menolak laki-laki yang umurnya berada di bawah saya. Terbiasa menjadi anak pertama yang memikul tanggung jawab, terasa aneh bila kelak saya memiliki pasangan yang notabene berusia lebih muda. Tetap menjadi orang yang tertua di keluarga setelah menikah, nampak bukan opsi yang menarik untuk diteruskan😶 

Seiring waktu, akhirnya tersadar, lelaki di usia saya, yakni 40 tahun, tentunya tak akan memilih wanita berusia 40 tahun juga. Mereka akan lebih memilih perempuan dengan usia yang lebih muda dan lebih sehat. Kesempatan memiliki keturunan menjadi salah satu pertimbangan karena bagi perempuan berusia 40 tahun kemampuan ini akan semakin menurun seiring waktu, begitu bukan?

Lantas dimana lelaki seusia saya berada, tentunya sebagian besar berstatus 'taken' alias sudah menikah dan sebagian lagi berstatus 'duda'. Dan nope, ide menikah dengan seorang duda jelas saya tolak mentah-mentah. 

Bahkan, saya sering kali menolak karena kriteria sepele seperti masalah nama atau lainnya...duuuh.

Semakin ingin saya mengejar kriteria yang telah saya tetapkan, semakin jauh pula langkah yang harus saya jejakkan. Apakah salah bila seorang wanita menetapkan berbagai kriteria sempurna yang diharapkan dari seseorang yang kelak mengisi hari di sisa hidupnya?

Kenalan

Cenderung tertutup dan tak begitu pandai berteman dengan kaum adam membuat saya tak banyak memiliki teman laki-laki selain teman sekolah atau rekan kerja. Lebih menjaga jarak karena saya tak suka terlalu dekat kecuali ada keperluan mendesak yang tak bisa dihindari.

Circle kecil dan seadanya inilah yang menjadi tantangan bagi kaum jomblo di usia 40. Dikenalkan kerabat atau teman adalah jalan ninja yang bisa saya lakukan walau keinginan untuk mendapatkan jodoh dengan usaha sendiri masih menempati urutan pertama dalam wish list jodoh saya.

Tak ada jejak berteman dengan banyak lelaki membuat keluarga dan teman saya menjadi garda terdepan yang bersemangat mengenalkan saya kepada 'calon' yang tentunya mereka kenal dekat.

Banyak hal lucu yang terjadi saat tahap perkenalan ini. Ada yang sebatas menyebutkan hanya nama, pekerjaan melalui chat (dulu masih via BBM atau BlackBerry Messages) lalu terhenti tanpa ada kelanjutan apapun. Ada yang langsung mengajak bertemu (tentunya ditemani pihak yang memperkenalkan ya) lalu menghilang tanpa kabar. Ada pula yang tak mau memulai percakapan karena ingin saya yang lebih dahulu menghubunginya. (Hmmm, skip saja kalau begitu)

Istilah ghosting baru dikenal beberapa tahun belakangan ini, sering kali saya alami, mungkin inilah kondisi yang tepat untuk menggambarkan saat seseorang yang terkesan 'serius' tiba-tiba menghilang dan muncul kembali dengan profil picture 'berbeda' alias sudah berstatus 'taken'😶

Saya pribadi memang tak pernah berniat meneruskan bila kriteria awal sudah tak terpenuhi (pekerjaan, status dan usia). Mungkin terkesan jahat namun bila tak cocok atau sreg, tak memulai sama sekali menjadi opsi yang saya pilih.

Tahap perkenalan ini membawa saya pada hal yang nyata tentang rahasia takdir manusia. Seingin apapun kita, bila Allah belum berkehendak maka ia tak pernah menjadi milik kita.

Memantaskan Diri Menanti Jodoh

Dengan berjalannya waktu, keriuhan 'perjodohan' pun mulai memudar. Entah karena sebagian orang sudah bosan dengan penolakan yang terus-menerus saya lakukan ataupun alasan lain yang tentunya saya tidak pernah tahu.

Waktu berjalan, dengan segala kesibukan akhirnya saya belajar merenungi apa yang semestinya saya lakukan untuk menjemput jodoh.

Kembali pada Allah, itulah yang saya lakukan.

Saya mulai menyerahkan segala urusan jodoh ini kepada Allah. Biar Allah saja yang mengatur apa yang Allah mau karena pastinya selalu menjadi skenario terindah bagi hamba-Nya.

Tak mungkin tanpa alasan, Allah masih membiarkan saya sendiri di usia yang terus merambat naik tanpa kebaikan didalamnya. Saya menyibukkan diri untuk membagi waktu untuk keluarga, bekerja sebaik yang saya bisa, belajar banyak hal yang saya sukai, melakukan apapun yang membuat hati saya bahagia.

Dan yang terpenting, memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang terbaik dengan cara mendekatkan diri pada-Nya. Allah Maha Tahu betapa inginnya saya menikah. Mengapa saya harus repot-repot memikirkan kapan dan bagaimana jodoh itu datang. 

Bila kita berharap mendapatkan lelaki yang sholeh untuk menjadi imam kita, memantaskan dirilah dengan belajar menjadi wanita sholehah. Bila kita berharap lelaki yang berakhlak baik menjadi pendamping kita, memantaskan dirilah dengan terus belajar menjadi wanita yang berakhlak mulia.

Dekati Allah dengan menjalankan sebaik-baik perintah-Nya maka Allah akan mendekatkan kita kepada jodoh yang paling baik yang akan Allah pilihkan untuk kita dii dunia dan di akhirat.

Allah ingin dekat dengan kita, mendengar rintihan kita di setiap penghujung malam, di setiap sujud yang kita hamparkan. Bukankah doa merupakan senjata bagi seorang mukmin. Mari hujani setiap detik dalam hidup kita dengan untaian doa yang kita lantunkan menembus pintu langit!

Allah ingin kita berbuat baik sebanyak mungkin kepada keluarga sebelum mengabdikan hidup kita dalam suatu rumah tangga. 

Bila mencari jodoh di usia 40 tahun ini akan semakin mendekatkan kita kepada Allah maka itulah yang terbaik untuk kita. Sejatinya, diri kita adalah milik Allah dan jodoh yang telah Allah persiapan sejak tertulis di Lauhulmahfuz pun berada dalam genggaman-Nya.

Related Posts

Posting Komentar